Minggu, 28 Februari 2010

Dampak Positif dan Negatif Facebook bagi Anak-anak Usia Sekolah


Oleh : Cerolina Sintauli Simanjuntak, SPd
Facebook lagi booming. Itu juga tidak lain karena Obama, sukses menggu nakan ketika kampanye Pilpres di negaranya. Sekalipun kemenangannya itu tidak mutlak karena facebook, tetapi setidaknya media pertemanan tersebut menjadi dikenal luas.
Tidak hanya tua muda, pria wanita bahkan bencong sekalipun penuh antusias untuk menggunakan. Beda dengan jejaring pertemanan terdahulu (misal friendster), tetapi facebook langsung kena di hati. Wartawan dan para penulis pun berkomunikasi dengan narasumber tidak jarang melalui facebook. Ini tentu menggembirakan. Tetapi sebagai seorang pendidik di tingkat SD, penulis mengamati, facebook memiliki sisi yang perlu diwaspadai.
Pertama untuk menjadikan seorang anak SD atau SMP bahkan SMU menjadi anggota facebook, tidak bisa tidak harus berdusta atas usianya. Betapa tidak. Meskipun petugas Yahoo tidak berhadapan langsung dengan pembuka email di "areal"nya, bila usia belum mencapai dewasa, 17 tahun, pendaftaran membuat email tidak akan dilayani. Sementara facebook dapat dibuka, diakses apabila sudah memiliki email. Satu satunya jalan bagi anak usia sekolah (17 tahun ke bawah), tidak ada jalan lain selain berdusta. Itu makanya, Bram yang masih kelas V SD tetapi bisa buat facebook, karena memang dia sendiri membuat tahun lahirnya 1990. Jadi usianya seolah-olah sudah 20 tahun padahal masih 10 tahun.
Tidak hanya itu, suatu hari sebagai Guru penulis didatangi orang tua murid SD dan bertanya kenapa anaknya belum pulang dari sekolah. Penulis kaget setengah mati, padahal tadinya penulis yang mau tanya kenapa si anak tadi tidak masuk sekolah. Selidik punya selidik dari rumah si anak berangkat ke sekolah, tetapi di tengah jalan putar arah dan pergi ke warnet. Mungkin saking enaknya ber-facebook-ria sehingga lupa pulang ke rumah. Saking takutnya dimarahi ia tidak pulang tetapi pergi ke rumah temannya. Sebaliknya orang tua yang kecarian datang ke sekolah. Luar biasa!
Jujur, penulis sangat menganjurkan menggunakan atau membuka facebook. Bukan apa apa, banyak pengetahuan umum bertambah, dan wawasan semakin luas. Tetapi memang harus pintar menggunakan, jangan sampai kita yang "dikendalikan" facebook itu. Sebab memang kalau sudah "kecanduan’ dan duduk di depan lap top bisa pantat susah bergerak. Walaupun sebenarnya, seperti penulis sebut tadi, itu semua tergantung diri kita sendiri untuk memenage waktu kerja dan belajar.
Berangkat dari permasalahan ini, perlu orang tua waspada dan mengamati gerak gerik anak dengan teliti dan seksama. Bila satu jam saja anak tidak kelihatan atau sudah tidak di rumah, segera dan perlu dicari tahu apa urusannya di luaran. Siapa tau dia sudah ber-facebook-ria. Facebook bukan tidak bagus, bagus. Kita bangga anak-anak bisa ber-facebook ria. Itu bukti dia pro aktif mengikuti perkembangan teknologi. Sebab dengan facebook juga mereka dapat mencari ilmu dan pengetahuan, dan dapat berkomunikasi dengan teman lama yang tidak pernah lagi bertemu dan dapat menambah teman, persahabatan. Bahkan bisa menemukan hal hal yang baru, walau juga memang tidak tertutup kemungkinan munculnya hal hal yang juga belum saatnya ditemukan mereka.
Untuk itu, orang tua haruslah aktif mendampingi anak jika ber-facebook ria. Kadang-kadang ada hal hal di luar kehendak si anak itu sendiri, orang yang iseng menambahkan pertemanan padahal di dalam facebooknya banyak foto foto yang tidak pantas dilihat apalagi sesuai budaya kita orang Timur. Kemudian, penggunanan waktu haruslah terus dibatasi, dijaga dan diberi ketentuan jika hendak membuka facebook tidak boleh lebih dari 1 jam dan itu pun dilakukan setelah belajar. Memang dengan perkembangan teknologi sekarang, facebook tidak hanya di warnet dapat dibuka tetapi melalui telepon genggam pun sudah bisa. Untuk itu, orang tua supaya lebih bijak lagi apakah harus membelikan hape dengan fasilitas internet atau cukup yang biasa saja. Dan kalau memang harus diberikan, awasilah anak setiap saat.
Mengapa? Karena kalau asyik berfacebook waktu belajar akan tersita, seperti disebut di atas pergi ke warnet pada jam belajar. Pengawasan melekat perlu dan terus dilakukan, bila tidak si anak suatu saat nanti bisa saja mendapatkan informasi yang menyesatkan, akibat adanya seseorang meng-add si anak lalu diconfirm padahal info yang masuk tidak bagus. Kemudian si anak bisa saja menerima informasi yang seharusnya belum saatnya diterima. Menjadi dewasa padahal masih usia belia dan jauh di bawah remaja. Tidak hanya itu tetapi juga, akibat terlalu asyik terus dan terus berfacebook ria, saat untuk bersosialisasi, bermasyarakat, bergaul pun semakin berkurang di dunia nyata. Padahal si anak sebagai makhluk sosial sejak dini perlu memiliki pergaulan yang banyak dengan anak seusianya di dunia nyata.
Bila memiliki begitu banyaknya dampak negatif yang akan mempengaruhi jiwa si anak, apakah si anak sepatutnya dilarang saja menggunakan facebook? Seperti anjuran pemiliknya memang seharusnya tunggu dewasalah si anak baru menggunakan dunia maya sebagai wadah membina persahabatan dan menimba ilmu pengetahuannya. Tetapi itu adalah idealnya, sedang realitasnya facebook sudah digunakan anak anak usia sekolah dimaksud. Lantas apa dilakukan? Memang menyetop semangat menggunakan teknologi adalah kurang bijak juga. Bisa mematikan kreatifitas si anak. Sepanjang mereka tetap dalam pengawasan dan berada pada komunitas yang benar, tidak sepatutnya dilarang. Tetapi harus, terus dan tetaplah mengawasi dan membimbing serta memberi tahu mana informasi yang sesat, baik dan yang tidak baik. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan umum si anak dapat dipelihara dan seterusnya bisa berkembang. Manfaat facebook bagi anak anak sangat besar sepanjang orang tua terus dan mau mengawasinya. Selamat memaju kembangkan pengetahuan anak anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar